Jumat, 04 Juni 2010

Paradigma dalam Ilmu Komunikasi

Paradigma dalam Ilmu Komunikasi
Perspektif dalam Ilmu Komunikasi

Komunikasi memegang sebuah peranan penting dalam kehidupan dan berhubungan dengan orang lain atau kelompok atau organisasi/instansi. Permasalahan yang terjadi karena komunikasi yang tidak lancar dan berjalan semestinya, bahkan orang pun menjadi menjaga komunikasi karena perasaan emosi yang memungkinkan untuk berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi boleh dikatakan hal sepele tapi bisa berakibat fatal. Contohnya saja permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan sebagian orang. Antara Kepolisian RI dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), katakan saja salah satu ulah oknum perwira tinggi Kepolisian RI yang mengatakan; perseteruan cicak dan buaya.
Walaupun bahasa tersebut biasa kita pakai sehari-hari. Tapi bila kita gunakan di ruang dan waktu yang tidak tepat maka bisa berakibat fatal. Sehingga dengan mengatakan kata-kata cicak dan buaya pemimpin negara pun bisa ikut campur dalam perseteruan ini. Intinya komunikasi sudah menjadi paradigma yang sudah menjadi kunci utama dalam melaksanakan dan mencapai keberhasilan segala bidang ilmu.

Seiring dengan terjadinya perkembangan sosial masyarakat yang merupakan konsekuensi
Dari perkembangan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi menurut Bungin (2008:235) dipengaruhi oleh tiga paradigma besar:

1. Paradigma Teori Konvensional; yaitu paradigma teori yang dianut oleh para ilmuwan komunikasi yansecara keilmuwannya mengembangkan teorinya secara linier.
2. Paradigma Kritis dan Perspektif komunikasi; yaitu paradigma komunikasi yang dianut oleh para sarjana yang awalnya (terutama S1) belum mempelajari teori komunikasi, kemudian secara serius mempelajari komunikasi secara kritis dan menurut perspektif komunikasi yang dilihatnya.
3. Paradigma teknologi media; Paradigma ini lahir dari para peminat telematika, terutama oleh para sarjana teknologi informasi. Walaupun paradigma ini tidak terlalu berpengaruh dalam kancah teori komunikasi bila dibandingkan dengan dua paradigma terdahulu, namun teori-teori komunikasi menggunakan perkembangan teknologi media ini untuk merevisi teori komunikasi yang ada hubungan dengan media dan komunikasi massa.






Paradigma ilmu komunikasi berdasarkan metodologi penelitiannya, menurut Dedy N.Hidayat (1999) yang mengacu pada pemikiran Guba (1990:1994) ada tiga Paradigma:

1. Paradigma Klasik (Classical paradigm);
Menurut Sendjaja (2005), pardigma klasik (gabungan dari paradigma ‘positivism’ dan post positivism menurut Guba), menurut Dedy N.Hidayat (1999), bersifat interventionist’, yakni melakukan pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deductive method, melalui laboratorium, eksperimen, atau survei eksplanatif dengan analisis kuantitatif.

2. Paradigma Kritik (Critical pardigm);
Lebih berorientasi pada participative dalam arti mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual, dan multilevel analisis, dan peneliti berperan sebagai aktivis atau partisipan.

3. Paradigma Konstruktivisme (construstivism paradigm);
Menurut Bungin (2008; 238) mengatakan paradigma konstruktivisme bersifat reflektif dan dialektikal. Antara peneliti dan subjek yang diteliti, perlu terciptanya empati dan interaksi dialektis agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif seperti observasi partisivasi.

Jadi perkembangan teori banyak dipengaruhi oleh paradigma teknologi informasi, sehingga perguruan tinggi ilmu komunkasi memandang perlu mengajarkan teori dan sejarah teknologi komunikasi kepada mahasiswanya, menurut Sendjaja (2005:11) dalam Bungin (2008:237) mengatakan bahwa ilmu komunkasi pada dasarnya merupakan salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bercirikan ‘multi perspektif’ dan ‘multi paradigma’. Dan berdasarkan basis keilmuan, perspektif dan paradigma yang diterapkan dalam ilmu komunikasi bermacam ragam.

Menurut Bungin (2008) mengatakan, berdasarkan metode dan logika, terdapat empat perspektif yang mendasari teori dalam ilmu komunikasi.
1. Perspektif covering lows; yang berangkat dari prinsip kausalitas atau hubungan sebab akibat (Berger,1977), umumnya menjadi basis pengembangan teori-teori komunikasi yang memerlukan pembuktian secara empiris.

2. Perpekstif rules; berdasarkan prinsip parktis bahwa manusia aktif memilih, mengubah, dan menentukan aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya (Chusman, 1977). Teori ini banyak diterapkan dalam teori-teori komunikasi pribadi.

3. Perspektif system; mempunyai 3 model, yakni :
a. ‘General system theory’
b. ‘Cybernetics’
c. ‘Structural functionalism’ (Monge, 1977)
Umumnya dijadikan pada teori-teori informasi dan komunikasi organisasi.

4. Perspektif symbolic interactionism; lebih mengutamakan pengamatannya pada interaksi simbolis (Charon, 1979:1998) yang diterapkan pada penelitian-penelitian tentang perilaku komunikasi antar individu dalam kehidupan sosial (Sendjaja, 2005:11)









Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Rosdakarya

Bungin,Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi teori paradigma dan diskursus teknologi komunikasi dimasyarakat, Jakarta: Kencana

Sendjaya, Sasa Djuarsa, 1993. Teori Komunikasi, Jakarta:UT

Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New Jersey, 1996.